Fun Gelar Adat Masyarakat Raja Ampat dan Biak
Raja Abdul Kasim (Abdoel Kasiem), Salawati, 1890, KITLV |
GELAR "FUN"
Masyarakat Papua memiliki banyak istilah penamaan yang merujuk kepada gelar Raja atau Kepala adat di masa lampau. Salah satu bentuk gelar kehormatan yang begitu menarik untuk ditelusuri adalah istilah atau gelar FUN. Gelar ini dapat ditemukan di kepulauan Raja Ampat dan Sorong hingga kepulauan Biak Numfor (suku Biak). Beberapa suku yang menggunakan gelar ini misalnya suku Maya (Fun) di Raja Ampat, suku Moi (Funa), suku Maybrat (Yefun) di Sorong, dan suku Biak (Fun) di kepulauan Biak Numfor dan penyebaran suku Biak di pesisir tanah Papua. Untuk itu melalui artikel singkat ini kita akan menelusuri darimanakah asal muasal nama gelar kehormatan tersebut.
Sudah lama penulis penasaran dengan istilah gelar "fun" sebab orang Biak telah lama menggunakan nama gelar ini dalam bahasa Biak. Awalnya, penulis yakin bahwa fun merupakan gelar yang hanya digunakan oleh masyarakat Biak Numfor, namun setelah mempelajari dan membaca banyak catatan-catatan berkaitan dengan orang Papua sebagaimana yang ditulis oleh banyak sejarawan, gelar "fun" terdapat atau dipakai masyarakat kepala burung Papua dengan penyebutan yang sama. Akhirnya penulis mulai melakukan riset untuk mencari tahu asal muasal nama tersebut.
GELAR UNTUK PARA RAJA DI KEPULAUAN RAJA AMPAT
Catatan Mansoben (1995) menyebut tentang mite yang dihimpun oleh Van der Leeden bahwa "sebelum Kurabesi berkuasa di Kepulauan Raja Ampat, sudah ada raja-raja yang berkuasa di daerah itu dan bergelar fun". Misalnya, 'Fun Giwar berkuasa di pulau Waigeo, Fun Tusan berkuasa di Salawati, Fun Mustari berkuasa di pulau Misool'. Ketiga Raja bergelar Fun ini merupakan akak beradik. Selain mereka ada juga saudara-saudara mereka yang lain yang bergelar Fun. Kerajaan Salawati menurut kisah tutur, ada raja bergelar Fun Malaban yang berasal dari gelet Arfan. Kerajaan Sailolof dipimpin oleh seorang raja bergelar Fun Mo dari klan gelet Mayalibit (Orang Moi). Kerajaan Misool raja pertamanya bergelar Fun Bis, kemudian ada lagi bergelar Fun Madero.
Gelar adat ini merupakan sebuah kata asli dalam bahasa-bahasa di kepulauan Raja Ampat dan kemungkinan berasal dari Ma'ya (Raja Ampat) yang berarti ningrat, bangsawan, atau Raja. "Fun atau kalana. Kepala dari pemerintahan yang berbentuk kerajaan di daerah ini dalam bahasa Ma'ya disebut fun atau kalana yang adalah sama dengan sebutan raja. Kedudukannya adalah sebagai penguasa tertinggi yang mempunyai kekuasaan penuh dalam pemerintahan". Tulis J. R. Mansoben dalam Sistem Politik Tradisional di Irian Jaya (1995), hal. 250.
DISERAP KE DALAM BAHASA BIAK
Bagaimana masyarakat Biak menyerap kosa kata fun ini? Di masa lalu, telah terjadi kontak antara masyarakat asli di kepulauan Raja Ampat, Sorong dan masyarakat di kepulauan Biak Numfor. Pelaut-pelaut dari pulau Biak, Doreri (Manokwari) dan Numfor melakukan hububungan yang intens atau melakukan kontak dengan masyarakat asli Raja Ampat melalui hubungan diplomasi, perkawinan dan perdagangan. Seraya waktu berjalan, masyarakat Biak Numfor menyerap kosa kata dari bahasa-bahasa yang berasal dari Raja Ampat. Jika, melihat pada catatan berupa kamus bahasa Biak tempo dulu yang disusun oleh para misionaris maupun sejarawan Eropa bahwa kata "fun" bukanlah kata atau ungkapan bahasa Biak asli melainkan merupakan kata serapan dari bahasa-bahasa di Sorong dan kepulauan Raja Ampat.
Misalnya, merujuk pada catatan tempo dulu Kamus karya J. L. dan F. J. F. Van Hasselt (1947) dan Soeparno (1970) menyebut bahwa gelar "fun" merupakan titel bangsawan untuk keturunan raja Salawati. Begitu juga catatan dari F. S. A. De Clercq (1893) bahwa 'seorang Raja bergelar Kalana di kalangan penduduk asli Raja Ampat, disapa oleh mereka Fun yang berarti Tuan. Sedangkan penduduk Sembilan Negeri menyebut sang raja Man Fun.
Suku Biak atau orang Biak Numfor memiliki gelar asli dalam bahasa Biak yaitu "Manseren" yang juga berarti bangsawan, ningrat atau raja. Contoh seperti gelar Manseren Mnu (bangsawan kampung). Tidak begitu jelas sejak kapan orang Biak menggunakan gelar tersebut. Jika, berpatokan pada pelayaran orang Biak antara 1400-1700-an ke kepulauan Raja Ampat, bisa jadi pada periode inilah gelar fun di adopsi dan pakai oleh suku Biak. Penulis mendapati seorang leluhur bernama Fun Sepi dari salah satu klan (keret) suku Biak, dimana dalam daftar silsilahnya leluhur bernama Sepi bergelar fun ini hidup pada tahun ±1640-an.
Gelar Fun dapat ditemui pada moyang-moyang orang Biak dari beberapa keret misalnya terdapat nama Fun Sepi, Fun Sen, Fun Man, Fun Beren, Fun Kawyan, dan beberapa nama yang menggunakan gelar Fun ini. Pengaruh gelar fun dalam kehidupan masyarakat Biak sudah ada sejak lama, sehingga gelar ini menjadi kosa kata dalam bahasa Biak. Gelar ini kadang di pakai dalam lagu-lagu rohani seperti istilah Putra Raja (Yesus) disebut Manfun. Gelar adat suatu wilayah seperti Manfun Kawasa, Bin Fun, Man Fun dan lain sebagainya.
Sampai saat ini istilah nama gelar ini masih digunakan oleh suku-suku di kepulauan Raja Ampat dan orang Biak Numfor. Selain kata fun, orang Biak juga menggunakan gelar-gelar yang berasal dari Maluku (Tidore, Ternate) seperti Sangadji, Sadaha, Kapitan, Gimala, dan gelar lainnya. Orang Biak telah menggunakan gelar-gelar di masa lampau ini menjadi keret atau marga mereka misalnya Kimala (gimala) menjadi Dimara, Kapitan menjadi Kapisa, Kapisan Laut menjadi Kapitarauw, Kaicili menjadi Kaisiri, Sangadji menjadi Sanadi, dan nama-nama gelar lainnya. Perlunya penggalian yang mendalam untuk mempelajari sejarah masyarakat Papua sebab belum banyak dokumen-dokumen tertulis yang ditemukan.
Posting Komentar untuk "Fun Gelar Adat Masyarakat Raja Ampat dan Biak"